siapakah yang memimpin tahlilan ketika Rosululloh SAW wafat
Afwan … saya mau bertanya … 1. siapakah yang memimpin tahlilan pada saat RASULULLAHU SAW wafat ? 2. siapakah yang memimpin tahlilan pada saat imam syafi’i wafat ?
Kesombongan
kaum salafi Wahabi, dijawab :
Jawaban
Ini Menepis Keraguan Atas Pertanyaan Wahabi “Siapa Yang Menahlili Rasulullah”
Oleh
Jefri Nofendi
Assalaamu
’alaikum
Kemarin
kemarin salafi wahabi banyak heboh mengupload gambar yang saya lampirkan ,
seolah olah mereka ada di jalan yang benar dan menganggap bagi yang tak mampu
menjawabnya dianggap tidak memahami ISLAM menurut mereka,
isi
gambar itu adalah :
Afwan
… saya mau bertanya …
1.
siapakah yang memimpin tahlilan pada saat RASULULLAHU SAW wafat ?
2.
siapakah yang memimpin tahlilan pada saat imam syafi’i wafat ?
nb :
Demi Allahu , kalau ada yang bisa jawab pertanyaan saya maka saya akan belajar
ISLAM kepada yang bisa menjawabnya.
Baiklah
saya Jefri Nofendi akan menjawabnya dan sesuai kesepakatan dalam catatan kecil
(nb) maka bila pertanyaan itu mampu dijawab maka seluruh kaum salafiwahabi
bersedia belajar ISLAM dengan saya.
Jawaban soal 1 : tidak ada yang memimpin tahlilan
saat NABI MUHAMMAD SAW wafat, alasannya karena NABI MUHAMMAD SAW adalah maksum
dan beliau sudah dijamin dengan rahmat ALLAHU SWT masuk surga, 🙂 , kalau saat RASULLLAH SAW wafat diadakan
tahlilan itu artinya menganggap dan menuduh NABI tidak maksum, 🙂 , tahlilan hanya berlaku bagi mereka yang tidak
maksum dan tidak mendapat jaminan rahmat masuk SURGA, 🙂 , karena RASULULLAH SAW adalah maksum maka
tidak ada tahlilan untuk beliau karena tidak ada tahlilan maka tidak ada
seorangpun yang memimpin tahlilan.
2.
yang memimpin tahlilan ketika imam syafi’i wafat adalah seorang wali (penguasa)
yang bernama
Muhammad bin as-Suri bin al-Hakam , muhammad bin as-suri bin al-hakam adalah seseorang yang diwasiatkan oleh imam syafi’i, apabila beliau wafat agar dimandikan dan diurus oleh muhammad bin as-suri bin al hakam , dari memandikan, memimpin sholat jenazah, menguburkan, mendo’akan serta tahlilan bersama jama’ah yang lain yang hadir saat imam syafi’i wafat, … kisah detik detik wafatnya imam syafi’i dan wasiatnya tertulis dalam tarikh sejarah, dan bahkan wikipedia juga ada kok menuliskan ini berikut cuplikan kisah wafatnya imam syafi’i :
**************************
Muhammad bin as-Suri bin al-Hakam , muhammad bin as-suri bin al-hakam adalah seseorang yang diwasiatkan oleh imam syafi’i, apabila beliau wafat agar dimandikan dan diurus oleh muhammad bin as-suri bin al hakam , dari memandikan, memimpin sholat jenazah, menguburkan, mendo’akan serta tahlilan bersama jama’ah yang lain yang hadir saat imam syafi’i wafat, … kisah detik detik wafatnya imam syafi’i dan wasiatnya tertulis dalam tarikh sejarah, dan bahkan wikipedia juga ada kok menuliskan ini berikut cuplikan kisah wafatnya imam syafi’i :
**************************
——————————————————-
Pada suatu hari, Imam Syafi’i terkena wasir, dan tetap begitu hingga terkadang jika ia naik kendaraan darahnya mengalir mengenai celananya bahkan mengenai pelana dan kaus kakinya. Wasir ini benar-benar menyiksanya selama hampir empat tahun, ia menanggung sakit demi ijtihadnya yang baru di Mesir, menghasilkan empat ribu lembar. Selain itu ia terus mengajar, meneliti dialog serta mengkaji baik siang maupun malam.
Pada suatu hari muridnya Al-Muzani masuk menghadap dan berkata, “Bagamana kondisi Anda wahai guru?” Imam Syafi’i menjawab, “Aku telah siap meninggalkan dunia, meninggalkan para saudara dan teman, mulai meneguk minuman kematian, kepada Allah dzikir terus terucap. Sungguh, Demi Allah, aku tak tahu apakah jiwaku akan berjalan menuju surga sehingga perlu aku ucapkan selamat, atau sedang menuju neraka sehingga aku harus berkabung?”.
Pada suatu hari, Imam Syafi’i terkena wasir, dan tetap begitu hingga terkadang jika ia naik kendaraan darahnya mengalir mengenai celananya bahkan mengenai pelana dan kaus kakinya. Wasir ini benar-benar menyiksanya selama hampir empat tahun, ia menanggung sakit demi ijtihadnya yang baru di Mesir, menghasilkan empat ribu lembar. Selain itu ia terus mengajar, meneliti dialog serta mengkaji baik siang maupun malam.
Pada suatu hari muridnya Al-Muzani masuk menghadap dan berkata, “Bagamana kondisi Anda wahai guru?” Imam Syafi’i menjawab, “Aku telah siap meninggalkan dunia, meninggalkan para saudara dan teman, mulai meneguk minuman kematian, kepada Allah dzikir terus terucap. Sungguh, Demi Allah, aku tak tahu apakah jiwaku akan berjalan menuju surga sehingga perlu aku ucapkan selamat, atau sedang menuju neraka sehingga aku harus berkabung?”.
Setelah
itu, dia melihat di sekelilingnya seraya berkata kepada mereka, “Jika aku
meninggal, pergilah kalian kepada wali (penguasa), dan mintalah kepadanya agar
mau memandikanku,” lalu sepupunya berkata, “Kami akan turun sebentar untuk
salat.” Imam menjawab, “Pergilah dan setelah itu duduklah disini menunggu
keluarnya ruhku.” Setelah sepupu dan murid-muridnya salat, sang Imam bertanya,
“Apakah engkau sudah salat?” lalu mereka menjawab, “Sudah”, lalu ia minta
segelas air, pada saat itu sedang musim dingin, mereka berkata, “Biar kami
campur dengan air hangat,” ia berkata, “Jangan, sebaiknya dengan air safarjal”.
Setelah itu ia wafat. Imam Syafi’i wafat pada malam Jum’at menjelang subuh pada
hari terakhir bulan Rajab tahun 204 Hijriyyah atau tahun 809 Miladiyyah pada
usia 52 tahun.
Tidak
lama setelah kabar kematiannya tersebar di Mesir hingga kesedihan dan duka
melanda seluruh warga, mereka semua keluar dari rumah ingin membawa jenazah di
atas pundak, karena dahsyatnya kesedihan yang menempa mereka.
Tidak
ada perkataan yang terucap saat itu selain permohonan rahmat dan ridha untuk
yang telah pergi.
Sejumlah
ulama pergi menemui wali Mesir yaitu Muhammad bin as-Suri bin al-Hakam,
memintanya datang ke rumah duka untuk memandikan Imam sesuai dengan wasiatnya.
Ia berkata kepada mereka, “Apakah Imam meninggalkan hutang?”, “Benar!” jawab
mereka serempak. Lalu wali Mesir memerintahkan untuk melunasi hutang-hutang
Imam seluruhnya. Setelah itu wali Mesir memandikan jasad sang Imam.
Jenazah
Imam Syafi’i diangkat dari rumahnya, melewati jalan al-Fusthath dan pasarnya
hingga sampai ke daerah Darbi as-Siba, sekarang jalan Sayyidah an-Nafisah. Dan,
Sayyidah Nafisah meminta untuk memasukkan jenazah Imam ke rumahnya, setelah
jenazah dimasukkan, dia turun ke halaman rumah kemudian salat jenazah, dan
berkata, “Semoga Allah merahmati asy-Syafi’i, sungguh ia benar-benar berwudhu
dengan baik.”
Jenazah
kemudian dibawa, sampai ke tanah anak-anak Ibnu Abdi al-Hakam, disanalah ia
dikuburkan, yang kemudian terkenal dengan Turbah asy-Syafi’i sampai hari ini,
dan disana pula dibangun sebuan masjid yang diberi nama Masjid asy-Syafi’i.
Penduduk Mesir terus menerus menziarahi makam sang Imam sampai 40 hari 40
malam, setiap penziarah tak mudah dapat sampai ke makamnya karena banyaknya
peziarah.
--------------------------------------
--------------------------------------
nah
saya sudah menjawabnya dengan penjelasan yang disertai bukti dan argumen,
sesuai kesepakatan harap kaum salafiwahabi yang mengupload gambar tersebur
segera belajar ISLAM dengan saya/Jefri Nofendi, dan bila kalian ingin belajar
ISLAM dengan saya harap kalian di hadapan saya mengucap kembali 2 kalimah
syahadat .
tapi
kalau kalian salafiwahabi enggan dan mengingkari kesepakatan , silakan jilat
lagi ludah kalian kembali yang mengatasnamakan sumpah “Demi Allaah” ,
“BERSUMPAH
PALSU ADALAH DOSA BESAR YANG PELAKUNYA SUDAH PASTI DIGANJAR MASUK NERAKA
KECUALI DIRINYA BERTOBAT !!! “
Tags:
News